Kembuhung, Kearifan Lokal Kurangi Limbah Makanan
Di era modern seperti sekarang ini, masalah limbah makanan menjadi salah satu permasalahan yang sering diabaikan oleh masyarakat. Limbah makanan merupakan salah satu jenis limbah organik yang dihasilkan setiap harinya oleh setiap individu. Limbah makanan sendiri bisa berasal dari sisa makanan yang tidak dimakan, sayuran dan buah yang sudah busuk, hingga kulit-kulit sayuran yang dibuang.
Namun, di tengah tumpukan limbah makanan yang semakin meningkat, ada sebuah kearifan lokal yang bisa menjadi solusi untuk mengurangi limbah makanan. Kearifan lokal tersebut dikenal dengan sebutan kembuhung. Kembuhung merupakan praktik yang dilakukan oleh masyarakat Jawa Tengah dalam mengolah limbah makanan menjadi pupuk organik yang berguna untuk tanaman.
Proses kembuhung sendiri cukup sederhana. Limbah makanan seperti sisa sayuran, kulit buah, hingga sisa makanan yang tidak dimakan akan dikumpulkan dan dicampur dengan bahan lain seperti daun kering, serbuk gergaji, dan abu. Campuran tersebut kemudian dibiarkan selama beberapa minggu hingga beberapa bulan agar fermentasi dapat terjadi. Setelah itu, limbah makanan yang sudah difermentasi tersebut dapat digunakan sebagai pupuk organik yang kaya akan nutrisi untuk tanaman.
Selain mengurangi limbah makanan, kembuhung juga memiliki manfaat lain yang tidak kalah penting. Dengan mengolah limbah makanan menjadi pupuk organik, kita dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia yang berbahaya bagi lingkungan. Selain itu, penggunaan pupuk organik juga dapat meningkatkan kualitas tanah dan hasil pertanian yang dihasilkan.
Melalui praktik kembuhung, masyarakat Jawa Tengah telah berhasil mengurangi limbah makanan yang dihasilkan setiap harinya. Kearifan lokal ini dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat di daerah lain untuk mengurangi limbah makanan dan mengelola limbah organik menjadi sesuatu yang bermanfaat. Dengan demikian, kita dapat menjaga lingkungan dan menciptakan keberlanjutan dalam pengelolaan limbah makanan.